Kalangan pakar dari Forum Komunikasi Senat Kedokteran Hewan Indonesia (SKHI) menyoroti model pendidikan ilmu kedokteran hewan di berbagai kampus di Tanah Air yang masih kerap menggunakan model dari hewan hidup.
Perkembangan di kampus sejumlah negara telah mulai mengganti hewan hidup dengan dummy (model tiruan) untuk praktik.
Ketua Asosiasi Fakultas Kedokteran Hewan Indonesia, Teguh Budipitojo, mengungkap itu di sela forum bertajuk Menyiapkan Pendidikan Kedokteran Hewan Indonesia di Era Digital yang diselenggarakan di Yogyakarta, Senin 19 September 2022.
Forum dihadiri peserta dari sembilan Fakultas Kedokteran Hewan berbagai universitas negeri di Tanah Air.
Teguh mencontohkan konsep penggunaan dummy hewan untuk keperluan pembelajaran praktik itu diterapkan di Seoul National University, Korea Selatan.
“Di kampus Korea, dummy hewan digunakan ke semua kelas sebagai model utama untuk praktik, tidak menggunakan hewan hidup lagi,” katanya.
Penggunaan dummy, Teguh menambahkan, juga membuat materi pembelajaran praktik di kampus bisa lebih leluasa disebar ke platform yang lebih luas.
Khususnya disebarkan melalui sarana digital berbasis internet yang menuntut norma kebijakan tertentu.
“Dengan penggunaan dummy hewan itu, pembelajaran praktik oleh kampus di Korea itu lalu diperluas, di-broadcast, tidak hanya menyasar mahasiswa di dalam kelas tapi mahasiswa di mana pun yang ikut dalam course yang dibuat kampus itu,” tutur Teguh.
Menurut Teguh, transisi model konten pembelajaran yang sama masih menjadi konsep pendidikan digital yang ingin diwujudkan dalam dunia kedokteran hewan di dalam negeri.
Dia menekankan belum terlambat karena perkembangan penggunaan dummy dalam praktek pendidikan di kampus juga masih dalam tahap awal.
“Kita memang belum sampai ke sana, masih merencanakan, istilahnya benchmarking dulu, melihat bagaimana konsep seperti itu diterapkan.
Misalnya di Korea bagaimana, di Jepang seperti apa,” ujar dia.
Baik kampus di Korea ataupun Jepang, aplikasi dummy hewan bisa cepat dikembangkan arena di satu sisi, kedua negara itu sudah mengimplementasikan digitalisasi pendidikan.
Pembelajaran daring bukan hal baru.
“Dari komparasi berbagai negara itu, kita bisa belajar juga sejumlah model referensi, mana yang cocok untuk Indonesia,” kata Teguh sambil menambahkan, “Apakah kita perlu berubah total atau tidak jika ingin mengarah digitalisasi pendidikan.” Ketua Forum Komunikasi Senat Kedokteran Hewan Indonesia, Bambang Sumiarto, mengatakan stimulasi untuk percepatan digitalisasi di Fakultas Kedokteran Hewan tengah menjadi isu hangat yang sedang dibahas dalam forum itu.
Forum mencakup Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Padjadjaran, Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya, Institut Pertanian Bogor, Universitas Hasanuddin, hingga Universitas Udayana.
“Digitalisasi dalam kedokteran hewan ini akan menjembatani bagaimana negara-negara muslim seperti Ethiopia dan Uganda juga lainnya, bisa belajar lebih dalam penyakit hewan di Indonesia dari jarak jauh,” kata Bambang.